Ketika Pers Mengejar "Klik"

Media cetak berangsur surut. Di luar negeri beberapa media cetak besar sudah tutup. Di Indonesia masih bertahan, meski harus terengah-engah. Mencari beragam cara untuk bertahan. 

Semua itu tidak terlepas dari kehadiran media online. Dengan dukungan akses internet yang semakin cepat, dan murah media online menjadi pilihan tepat karena kecepatannya dalam mengirimkan berita dan informasi. 



Tidak heran jika para penyedia media cetak pun melakukan migrasi ke media online. Tetapi ada pula media online yang muncul tanpa didahului media cetak.

Media dan iklan merupakan dua hal tak terpisahkan, karena iklan menjadi sumber pendapatan utama untuk mencukupi seluruh ongkos produksi. Di media online, iklan tidak lagi ditentukan banyaknya oplah, melainkan banyaknya pengunjung yang melihat (viewer). 

Semakin banyak pengunjung semakin besar pula pendapatan dari iklan. Saat ini, media online banyak bergantung dengan penyedia iklan dari google dengan google adsense-nya.

Baca Juga : Bisnis Pendidikan

Hubungan media online tidak lagi langsung ke pemasang iklan (perusahaan, instansi, personal) melainkan melewati google. Karena sistem digoogle yang sedemikian canggih sehingga bisa menempatkan iklan pada sasaran yang lebih tepat. 

Sayangnya, sebagian media kemudian lebih cenderung mengejar apa kemauan google ketimbang apa kemauan pembaca. Jumlah viewer dianggap sebanding dengan jumlah 'klik' iklan. 

Semakin banyak pengunjung, semakin banyak klik, semakin besar pendapatan. Tidak heran, sebagian media kemudian berubah menjadi semacam picisan, tidak lagi menjunjung nilai-nilai luhur jurnalistik.

Baca Juga : Mencintai Buku-buku

Demi mengejar klik, apapun ditulis tak peduli itu memberikan efek buruk bagi lingkungan dan masyarakat. Tidak peduli lagi segi tampilan media online yang berantakan karena penempatan iklan dan sebagainya. Ketika pers mengejar klik, tujuan terbaik adanya pers terkadang justru terabaikan. Meski tidak semua media demikian, tetapi gejala ke arah sana semakin nyata.

Pernah dimuat di Kompasiana

Tidak ada komentar untuk "Ketika Pers Mengejar "Klik""