Penjual Minuman di Bawah Hujan

Kemarin hujan seharian mengguyur Kota Yogyakarta. Karena suatu keperluan, sebelum waktu istirahat, saya izin keluar kantor. Di perempatan pojok Beteng wetan, terlihat ada pemandangan tak lazim.




Seorang penjual minuman kemasan tetap gigih menjajakan dagangan meskipun di bawah rintik hujan. Bermantelkan plastik tipis, ia mendekati para pengendara yang sedang berhenti di lampu merah.

Jika dinalar, menjual minuman di bawah rintik hujan adalah sebuah hal sia-sia. "Siapa yang akan membeli?"

Tetapi kadang akal manusia memang terbatas. Prediksi tidak selalu sama dengan yang terjadi.

Tiba-tiba seorang pemotor memanggil penjual itu. Mengeluarkan selembar uang, lantas ditukar dengan dua botol minuman kemasan yang 'ada manis-manisnya'.

Dengan keterbatasan ilmu, saya menafsirkan ini sebagai bentuk rezeki yang tidak disangka-sangka. Entah benar atau keliru. Pemandangan sederhana yang kaya makna. Bahwa sebenarnya kita bisa menjadi bagian dari 'pengantar' kebahagiaan kepada orang lain, dengan modal yang tidak seberapa.

Uang Rp10.000 yang kita belikan di warung Soto sederhana pinggir jalan, atau kios tetangga. Mungkin akan lebih 'bermakna', ketimbang uang Rp100.000 yang kita belanjakan di Supermarket.

Dengan Rp10.000 kita tidak hanya mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi juga menjadi sarana 'mengantarkan kebahagiaan' kepada orang lain.

Lantas, saya teringat sahabat, Mas Fajarjun, Kaprodi Ilkom UMY. Ia punya kebiasaan unik, jajan di warung-warung sederhana. Lalu mempostingnya di media sosial. Mendatangkan kebahagiaan bagi sesama sekaligus membantu para pedagang agar lebih dikenal dan bertumbuh.

Saya percaya, kita pun bisa.

Barat | 18 Januari 2024

Tidak ada komentar untuk " Penjual Minuman di Bawah Hujan"