Rumah Tanpa WiFi

Judul ini mungkin mirip dengan film musikal Indonesia, Rumah Tanpa Jendela. Atau bisa juga mirip dengan judul sebuah karya fiksi, Novel Tanpa Huruf ‘R’ yang kemudian diangkat menjadi Film Indie. Tentu judul tersebut hanya sebagai pemanis saja. Bisa dibayangkan menulis satu novel tanpa menyertakan huruf ‘R’. Betapa repotnya.




Setiap Masa Ada Orangnya Setiap Orang Ada Masanya. Begitu istilah yang sering kita dengarkan. Begitupula dengan trend. Masih teringat, dulu orang harus antre di sebuah bilik, dengan apa yang disebut Wartel, hanya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui telepon. Atau sekadar request lagi di radio.

Kehadiran Wartel telah menggeser sarana sebelumnya yang akrab disebut telegram. Fasilitas yang disediakan Pos Indonesia untuk berkirim pesan secara singkat dan cepat. Seiring hadirnya telepon seluler, keberadaan Wartel lambat laun tergantikan.

Namun kebutuhan manusia tidak sekadar bercakap melalui telepon. Mereka ingin mengakses layanan informasi dan jejaring sosial melalui internet. Peluang ini kemudian memunculkan ragam usaha di bidang teknologi informasi, di antaranya berupa warung internet. Atau akrab disebut Warnet.

Telepon seluler terus mengalami kemajuan hingga bisa menghadirkan kemampuan mengakses internet dengan mudah. Akhirnya sedikit demi sedikit orang mulai bergeser menggunakan smartphone. Minat ke Warnet pun mulai menurun.
Apalagi ketika Covid-19 melanda, semua aktivitas harus dilakukan dari rumah. Masa suram untuk pengusaha warnet namun juga menjadi masa keemasan jasa penyedian layanan internet rumahan. Internet menjadi kebutuhan pokok sebab para pelajar pun harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Termasuk para pekerja.

Di balik itu, kisah mengharukan terus saja tersaji. Ada orang tua yang harus berbagi hp dengan anaknya karena hanya punya satu perangkat. Ada orang tua yang harus mencuri untuk membeli paket data. Dan cerita miris lainnya.

Kini selepas Covid-19 mereda. ‘Tower-tower’ kecil sudah menjamur di mana-mana. Ditambah dengan jaringan kabel operator dan internet RT-RW. Jadilah WiFi seperti di mana-mana. Lalu apakah masih ada rumah tanpa WiFi? Tentu saja masih ada. Mereka yang memang belum mampu untuk memasang Wifi secara pribadi. Di Sleman, sudah mulai ada WiFi di setiap padukuhan, tetapi dengan jangkauan terbatas.

Jika masih ada di antara kawan-kawan kita yang belum bisa mengakses WiFi untuk keperluan pendidikan. Silakan datang ke Pondok Makan Dapur Sawah. Di sana tersedia WiFi secara gratis. Meskipun Anda tidak pesan makan atau minum pun, tidak masalah. Silakan konfirmasi ke kasir.

Ini sebagai bentuk urun daya dari DAPUR SAWAH untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

Pondok Makan DAPUR SAWAH
eco-culinery-literacy

Tidak ada komentar untuk " Rumah Tanpa WiFi"