Kisah Bawang Putih : Pancasila dan Impor Bawang Putih

__ saya Pancasila dan saya tidak impor bawang putih __

Sudah beberapa kali, setiap hendak tidur, Azizah minta dibacakan buku. Satu yang ia suka kisah tentang Bawang Putih dan Bawang Merah. Kisah dua saudara tiri yang berbeda perangai diri. Tapi kisah berikut bukan tentang mereka.


Tetiba kita disodori kabar tak sedap, kolaborasi jahat antara impor dan korupsi. Maka sebuah janji untuk berdikari semakin jauh panggang dari api. Sejak kecil Bapak/Ibu Guru mengajarkan sebuah negara yang dijuluki agraris karena sebagian besar warganya berprofesi sebagai petani.

Rumus mudahnya: Jika sebuah negara mayoritas petani, maka menyejahterakan petani sama artinya menyejahterakan mayoritas rakyat. Namun, ternyata baru saya mengerti sebagian mereka bukan petani, lebih tepatnya hanya sebagai buruh tani.

Seperti berpijak di tumpuan labil. Tidak banyak kebijakan yang mendukung agar para petani berkembang. Mulai dari ongkos produksi hingga harga jual komoditas yang tidak stabil. Hari ini bisa jadi cabe mencapai harga enam puluh ribu, esok mungkin terjun bebas tak berharga. Padahal menurut penuturan petani, jika harga stabil di kisaran sepuluh ribu, mereka sudah bisa untung sepanjang tahun. Dan tentu konsumen tidak akan merasa terlalu mahal.

Tapi itu tak terjadi. Mayoritas petani merasakan keuntungan berlipat untuk sekejap, kemudian harga kembali ambruk. Belum lagi soal pupuk yang mahal. Maka menjadi ironi tak terperi, ketika masa panen tiba, keran impor justru dibuka.
Luar biasanya, sudah impor masih diwarnai tindak korupsi. Sebuah ironi di negeri para petani.

Apakah lalu kita menyerah? Jangan. Berita tentang impor yang menjadi lahan para koruptor tentu hanya sedikit yang tersingkap. Lalu apa yang mesti diperbuat, agar setidaknya tidak ikut memperkaya wong licik.

Pertama, pilih produk lokal. Buah, sayur, atau bahan makanan lainnya.
Kedua, coba menanam sendiri dengan memanfaatkan pekarangan yang ada.
Ketiga, bersinergi dengan startup lokal yang peduli kepada nasib para petani. Satu di antaranya adalah igrow. Info lengkap bisa dilihat di igrow.asia.

Semoga dengan langkah kecil, kita bisa bersama-sama memberikan dukungan kepada petani lokal. Tanpa harus bermimpi menyejahterakan mereka.

Barat || 13 Agustus 2019
Penikmat bawang putih

Tidak ada komentar untuk "Kisah Bawang Putih : Pancasila dan Impor Bawang Putih"