Seberapa Hebat Bank Muamalat?
Beberapa hari lalu sepulang dari urusan kantor di Magelang,
saya mewujudkan keinginan untuk memiliki rekening di Bank Muamalat. Sudah lama
sebetulnya saya tertarik dengan Muamalat. Selain sebagai Bank Syariah pertama
di Indonesia, selain itu sosok Riawan Amin yang pernah menahkodai Muamalat
menjadi salah satu penulisa favorit saya. Buku-bukunya kaya akan gagasan yang
telah ia terapkan di Muamalat.
Dulu jangkauan Muamalat dengan produk Shar-e nya sampai ke
tingkat Kecamatan. Mereka bekerjasama dengan PT. Pos Indonesia. Tetapi sebagai
orang awam, biaya administrasi waktu itu saya rasa cukup tinggi. Sekitar Rp 7
ribu per bulan, ketika bank konvensional masih di kisaran Rp 3 ribu per bulan. Mahal.
Sekarang tampaknya, Muamalat tidak lagi bekerjasa sama dengan PT. Pos
Indonesia. Bagi saya yang awam dalam hal agama, pertimbangannya lebih berat ke
ekonomis. Tentang status syariah atau konvensional, itu urutan kesekian. Pada sisi
ini, dulu Muamalat tampak belum bisa bersaing.
Tahun 2017, di lembar Syariah Koran Republika santer kabar
tentan Muamalat yang siap berpindah tangan ke pemilik baru. Sebuah kabar yang
tentu membuat saya kaget. Bank dengan sistem Syariah pertama di Indonesia,
negeri dengan penduduk Muslim terbesar di Dunia, harus terengah dalam
mempertahankan hidup. Miris.
Tetapi saya baru benar-benar ngeh, saat acara Blak-blakan
Detik.com menghadirkan wawancara dengan Ustadz Yusuf Mansur. Saat itu presenter
memancing pendangan dan kesiapan Ustadz Yusuf Mansur untuk mengambil alih
Muamalat. Barulah saya paham, Muamalat sedang dalam masalah.
Akhir 2017, koran Republika memotret alur perkembangan kabar
Muamalat. Setelah penawar sebelumnya gagal mengambil Muamalat, kini Muamalat
terbuka bagi siapa saja yang ingin membeli saham Muamalat. Satu di antara yang
santer diberitakan siap adalah ustadz sekaligus pengusaha, Yusuf Mansur! Dana
yang dibutuhkan dan harus disiapkan Ustadz Yusuf Mansur tidak
tanggung-tanggung, Rp 5 triliun!
Untuk dana sebanyak itu, kepada wartawan Ustadz Yusuf
menunjukkan jawaban optimis. Tampaknya Sang Ustadz memang sudah bersiap, karena
beberapa waktu lalu ia merambah Bursa Efek Indonesia melalui reksadana syariah
di bawah bendera PayTren Aset Manajemen (PAM). Sejak duluncurkan, PAM mampu
menarik minat banyak investor.
Tidak hanya sampai di situ, Yusuf Mansur juga menggerakkan
para mitra PayTren di seluruh Indonesia untuk membuka tabungan di Muamalat. Gerakan
itu disambut secara massif di pusatkan di Jakarta dan berjalan di seluruh
Indonesia. Pengguna PayTren saat ini sekitar 2 juta orang. Misalkan separuhnya
saja membuka tabungan dengan nominal Rp 100 rb. Setidaknya terkumpul Rp 100
Milyar. Sebuah angka fantastis. Inilah sebuah kekuatan loyalitas yang digunakan
untuk kepentingan Islam.
Paket Murah di Bank
Muamalat
Ke kantor Muamalat di Jalan Godean, kepada pegawai saya katakana
ingin membuka rekening. Dan saya sampaikan agar dipilihkan jenis tabungan
dengan biaya administrasi termurah. Dan saya pilih tabungan tanpa bagi hasil. Setoran
pertama cukup Rp 25 ribu. Biaya administrasi per bulan Rp 2.500. Adanya pilihan
tabungan ini memungkinkan kita untuk beralih ke perbankan syariah. Hanya saja
memang perlu dipahami, gerai Muamalat sangat terbatas, begitupun fasilitas ATM
Muamalat yang hanya tersedia di beberapa tempat.
Di luar gerakan anti Bank, tentu ada harapan ke depan
Muamalat, sebagai bank syariah pertama di negeri mayoritas muslim bisa terus
berkembang. Jika bukan kita yang mendukung, akan siapa lagi?
Tidak ada komentar untuk "Seberapa Hebat Bank Muamalat? "
Posting Komentar