Belajar Kerelawanan dari Mas Evan

Bermula dari sebuah tulisan yang muncul di beranda hp. Cerita tentang Mas Evan yang hampir gantung diri karena depresi. Tinggal di kos, jauh dari orang tua. Ia sempat merasakan masa pahit dalam hidup.


Perut lapar, tidak punya uang. Dia tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa. Kepada teman? Ia enggan merepotkan. Ia mencoba bertahan, nyatanya rasa lapar tak juga berkesudahan.



 

Beruntung, di depan kamar kos ada sebuah pohon sukun. Hari itu beberapa buahnya berjatuhan. Ia lantas mengambilnya. Mengupas, membaginya menjadi beberapa potong dan segera mengukus. Sukun itulah yang mengganjal perutnya selama tiga hari.

Saat itu Evan merasa masa paling 'sakit' dalam hidupnya. Ia tidak menyangka harus mengalami momen sedemikian ngenes.

Tanpa diduga, seorang teman mengetahui kondisi itu. Ia datang dan mengajak Evan untuk makan semangkok bakso. Itulah sebuah titik balik dalam hidupnya. Ia ingin bangkit dan membantu orang-orang yang merasakan kelaparan.

---
Kini secara rutin Evan mengirimkan nasi bungkus gratis kepada orang-orang yang membutuhkan. Lokasinya di seputaran Kota Yogyakarta, meskipun begitu ia pernah mengantar nasi bungkus sampai daerah Pleret, Bantul bagian Selatan.

Uniknya dari apa yang dilakukan Evan adalah ia mengantar langsung kepada orang yang memang membutuhkan. Yang menghubunginya melalui WhatsApp.

Evan menyisihkan sebagian penghasilan sebagai freelance. Banyak yang ingin ikut berdonasi. Semula saya tidak mau menerima donasi berupa uang. Ia hanya menerima donasi berupa bahan makanan. Beras, sayuran atau lauk.

Ia lantas memasaknya sendiri, membungkus lalu mengatar kepada yang membutuhkan. Namun Evan akhirnya merasa kepayahan. Kini ia membeli langsung nasi bungkus yang akan dibagikan.

"Berapa harga per bungkus mas?" tanya saya sembari menikmati segelas teh hangat di sebuah warung.

"Yang penting, jika makanan itu diberikan ke saya, saya mau memakannya mas. Minimal ada nasi, sayur dan lauk. Kebanyakan lauknya telur," terang Evan.


Ia lantas bercerita, mereka yang meminta bantuan nasi bungkus, beberapa adalah mereka yang tinggal di kos cukup bagus. "Mungkin mereka kehabisan uang kiriman," imbuhnya.

Untuk menghindari dirinya hanya dimanfaatkan oknum tertentu, Evan mengevaluasinya setelah beberapa kali pengantaran. Jika sudah lebih dari tiga kali, ia memprioritaskan kepada orang yang lain.

---
Apa yang dilakukan Evan membuat saya kaget. Tetapi tidak sebanding dengan kekagetan saya, bahwa di Kota Pendidikan seperti Yogyakarta, masih terdapat orang-orang yang kelaparan!

Itu terlihat dari percakapan WA, yang meminta bantuan ke Mas Evan. Selama kami jagongan, beberapa masuk WA meminta bantuan nasi bungkus. Ia pun menunjukkannya kepada saya.

---
Hari ini saya beruntung bertemu dengan Mas Evan. Membaca berita di website Kedaulatan Rakyat, lantas saya mencari tahu kontak Mas Evan. Dan diberi tahu oleh seoarang teman wartawan. Ternyata kedermawanan Mas Evan sudah viral di twitter.

Teman-teman bisa lihat di twitter @stefanaezer. 

Tidak ada komentar untuk " Belajar Kerelawanan dari Mas Evan"