Terima Rapor Tak Perlu Repot

Dua hari kemarin istri kebagian mengambil rapor. Dua hari berurutan. Jadwal untuk Si Sulung hari Sabtu, sedang untuk adiknya hari Jumat.

Karena sedang berada di Belitung, saya hanya menerima kiriman foto nilai rapor. Saya amati tidak ada yang istimewa. Rata-rata B. Saya katakan pada anak-anak, tidak mengapa yang penting naik kelas.


Di saat istri sering sewot karena nilai anak-anak baik ulangan harian maupun rapor tidak sesuai keinginannya, saya memilih selow saja. Yang penting anak-anak mau sekolah, bisa srawung dan puas bermain. Itu memang dunia mereka.

Di saat ada kebijakan TK tidak boleh membaca sementara di kelas 1 ada semacam keharusan mampu membaca. Saya tidak ambil pusing, biarkan semuanya berjalan. Saya ingin melihat apakah kedua kebijakan ini sinkron? Ternyata tidak. Guru kelas 1 tidak punya cukup waktu untuk mengajari membaca.

Jadilah selama beberapa hari Abyan saya ajari sendiri membaca. Alhamdulillah tidak butuh waktu terlalu lama sudah mulai bisa membaca.
...
Biasanya orang tua akan merasa bangga jika anaknya mendapat nilai baik, bisa sekolah di lembaga atau perguruan tinggi favorit. Itu wajar-wajar saja. Tetapi akan lebih bijak tanpa harus membebani mereka dengan kegirangan kita yang kadang berlebihan. Bersyukur itu wajib. Namun takabur, itu aib.

Sebagai lulusan dengan IP di bawah 3. Sejak awal punya pandangan nilai akademik bukan segalanya. Nilai yang baik kadang kala berbau keberuntungan juga. Maka pada sebuah semester saya nekat memilih magang menjadi wartawan di Kota Solo. Meninggalkan bangku kuliah untuk sementara. Alhamdulillah, pengalaman tersebut memberikan banyak manfaat sampai sekarang.

Lantas buat apa repot memikirkan nilai rapor? 

Tidak ada komentar untuk "Terima Rapor Tak Perlu Repot"