Pemulung Sayang Pemulung Malang
Saya
kadang sedih jika melihat tulisan di gang-gang masuk dusun yang memasang plakat
‘Pemulung Dilarang Masuk’. Saya pikir
lebih baik diganti dengan ‘Maling
Dilarang Masuk’ atau lebih umum ‘Penjahat
Dilarang Masuk’. Hanya saja, entah untuk yang keberapa kami dibuat jengkel
oleh pemulung. Kemarin sore Bapak saya mencoba mencari ember yang biasanya
untuk menampung air. Ternyata tidak ketemu juga. Kuat dugaan ember tersebut
diambil pemulung yang biasanya melewati rute belakang rumah.
Seingat
saya, ini bukan kejadian pertama, bahkan saya sendiri pernah memergoki pemulung
dengan santainya mengambil wadah yang biasa untuk memberi makan ayam. Pernah
juga mengambil pralon saluran air. Sampai akhirnya oleh Bapak diminta untuk
dikembalikan. Memang terlihat nekat. Mereka mencari kelengahan tuan rumah untuk
mengambil barang-barang yang masih dipakai. Bahkan tetangga pernah kehilangan
perabot masak yang disimpan di dalam dapur. Biasanya jika ketahuan pemilik
rumah mereka berlagak linglung dan langsung pergi.
Tentu
saya kasihan dengan mereka, perbuatan mereka yang dianggap rendah oleh banyak
orang harus ditambah dengan kerendahan lainnya, mencuri. Saya teringat satu
kisah dalam cerita Slilit Sang Kyai bagaimana
Sang Kyai harus terhalang hisabnya hanya gara-gara ketika di dunia pernah ia
melewati sebuah kebun dan mengambil semacam lidi/ranting untuk membersihkan
slilit yang terselip di giginya. Ranting/lidi yang ia ambil termasuk kategori
pencurian. Maka ia dianggap mencuri, meski hanya sebatang ranting/lidi.
Saya
juga kasihan kepada para pemulung lainnya yang jujur. Tentu nama mereka akan
tercoreng lantaran beberapa pemulung yang bertindak jahat. Sebab biasanya
penilaian orang tak pandang pilih. Satu pemulung mencuri yang lain patut
dicurigai. Semoga pemulung yang terbiasa mencuri bisa tersadar dari tindak
jahatnya. Agar bisa bekerja dengan baik dan benar.
Pernah dimuat di Dakwatuna.com
Tidak ada komentar untuk "Pemulung Sayang Pemulung Malang"
Posting Komentar