Merasakan Konsep Minimalis POP! Hotel BSD City
Malam
mendekati larut saat saya sampai di POP! Hotel BSD City. Perjalanan dari Bandara
Soekarno-Hatta menjelang magrib membuat mobil yang saya tumpangi harus relas
berbagi ruas jalan dengan para pekerja pulang kantor. Hasilnya, bisa ditebak:
macet. Usaha untuk melalui jalur alternatif tak banyak membantu, sebab umumnya
kondisi jalanan ibukota dan sekitarnya selalu begitu.
Rencana
awal dari Bandara Soetta saya langsung ke POP! Hotel, sekedar meletakkan bawaan
dan mandi. Nyatanya waktu tempuh yang diperkirakan maksimal 90 menit molor
menjadi lebih dari dua jam. Jadilah saya bersama rombongan langsung menuju
lokasi acara di Indonesia Convention Exibhition (ICE) BSD City. Untungnya kami
menyewa mobil di Parkir lantai empat Bandara untuk berlima, padahal semula
ingin pesen Go Car, sehingga lebih fleksibel dalam mengubah-ubah tujuan. Dengan
tariff Rp 200 ribu, sudah termasuk parkir, sebanding dengan layanan yang kami
terima. Jika menggunakan Go Car, jarak Soetta sampai BSD sekitar Rp 108 di luar
biaya parkir dan tol.
Usai
acara kami bergegas ke Hotel. Sekitar jam sepuluh kami sampai di Hotel, setelah
cek in dan masuk ke ruangan, kesan minimalis sangat terasa. Tampak dari
ketiadaan almari, tidak ada meja, serta wastafel yang ada di pojok ruangan
mengesankan memang ada konsep minimalis. Belum lagi ketiadaan sandal hotel yang
biasanya tersedia. Tetapi yang paling unik adalah kamar mandi yang menurut saya
semi portable, karena serupa tabung dengan setengah lingkaran yang terbuat dari
bahan seperti plastik. Dengan diameter sekitar 1,5 meter, sehingga hanya cukup
untuk menempatkan closet duduk serta shower.
Menikmati Nasi Uduk
Sarapan
pagi, kami disuguhi nasi dengan bungkus daun pisang. Alas makan tidak menggunakan
piring kaca melainkan terbuat dari anyaman bamboo serupa dengan yang sering
kita jumpai di warung lesehan pinggir jalan. Menu yang disajikan cukup
sederhana, nasi uduk, secuil telur goreng, bala-bala dengan sayur kentang
pedas. Tersedia juga kerupuk dan sambal. Mungkin ada juga semacam sup atau
sejenis. Tersedia juga roti tawar dengan pilihan selai aneka rasa.
Untuk sarapan,
kami harus mengatri. Karena tempat yang terbatas, belum lagi banyak di antara
tamu yang asyik mengobrol seusai sarapan. Seperti enggan beranjak dari ruang
sarapan, padahal banyak tamu yang kebingungan mencari tempat duduk untuk makan.
Untuk
ukuran orang dewasa, mungkin porsi yang disajikan kurang mengenyangkan. Tapi cukup
untuk mengganjal perut, sampai menemukan warung makan. Bagi saya sendiri, menu
yang disajikan menggiring memori ke 2001 silam, saat menjadi buruh pabrik di
bilangan Cibitung Bekasi. Pasalnya, nasi uduk dan bala-bala menjadi menu wajib
setiap pagi.
POP! Bisa Menjadi Alternatif
Meski
jaringan POP! Hotel telah meluas di berbagai kota, tapi baru kali ini saya
menginap di POP! Hotel. Dengan konsep minimalis, POP! Hotel menjadi alternatif
sebanding dengan harga yang ditawarkan. Bila kita cari di google, harga POP!
Hotel BSD di kisaran 350-an ribu. Dengan tarif itu, kita bisa menikmati layanan
hotel yang cukup baik. Lokasi hotel pun dekat dengan beberapa Mall di BSD.
Tidak ada komentar untuk "Merasakan Konsep Minimalis POP! Hotel BSD City"
Posting Komentar