Kupinang Engkau dengan Avanza! Ini Bukan Soal Materialistis, Tapi Berpikir Realistis
Kupinang Engkau dengan Avanza. Beberapa
tahun lalu, sebuah buku dengan judul memikat diterbitkan. Penulisnya seorang
pakar parenting, Mohammad Fauzil Adhim, yang atas perkenan Allah, kini saya
bisa lebih sering bertemu dan bersama beliau. Judul bukunya memang ‘menggiurkan’,
Kupinang Engkau dengan Hamdalah. Saya pertama kali membacanya saat di
bangku kuliah, lebih tepatnya di kursi kuliah sebab bangku dalam pemaknaan kami
berarti meja.
sumber gambar : facebook.com |
Buku tersebut cukup laris, meski kemudian
semakin laris saat dicetak ulang dengan cover (dan penerbit sepertinya)
berbeda. Entah ada hubungan atau tidak, lalu muncul juga judul film/sinetron Kupinang
Engkau dengan Basmalah. Maka semakin akrablah kata-kata tersebut di telinga
kaum jomblo-ers, tak terkecuali di kalangan ikhwan-akhwat.
Dalam sebuah hadits disebutkan sebuah
ajaran dengan makna utama, bahwa memilih pendamping hidup yang kriteria primer
adalah agama dan kebaikan akhlak. Pun demikian para orang tua dianjurkan
menerima pinangan dari orang yang saleh, jika diabaikan maka akan terjadi
kerusakan. Tetapi apakah cukup?
Hari ini, untuk mencukupi kebutuhan hidup
tidaklah mudah. Harga bahan pangan terus merangkak naik, bahan bakar minyak
hampir setiap tahun menjadi lebih mahal. Pendidikan yang konon gratis ternyata hanya
bohong belaka. Biaya kesehatan tak luput pula. Kecuali rela dinomorsekiankan
dalam pelayanan dengan jaminan kesehatan. Intinya hampir semua butuh uang. Butuh
materi. Hidup tak cukup dengan cinta!
Maka pahamlah kita, meski syarat nikah
itu simpel. Adanya calon suami dan istri, adanya keridhaan dari mempelai jika
telah dewasa, dan adanya wali. “Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga
ia diajak musyawarah/dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang gadis
dinikahkan sampai dimintai izinnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no.
3458)
Tapi prasyaratnya yang tidak mudah. Untuk
meluluhkan calon pendamping dan calon mertua, bisa jadi seperti membalikan
telapak kaki. Sebab mereka lebih paham apa perbedaan Supra dan Avanza.
Saya teringat satu kalimat dari perencana
keuangan Ahmad Ghozali dalam bukunya Aisyah & Maisyah Persiapan Keuangan
Menuju Pelaminan, bahwa yang terpenting bukanlah apa pekerjaanmu dan seberapa
besar penghasilanmu saat ini melainkan kesiapan mental untuk mengupayakan
mencari nafkah. Sebab pekerjaan dan penghasilan kapan saja bisa berubah tanpa
bisa diduga. Kena PHK misalnya. Tapi dengan kemampuan mental untuk bekerja,
niscaya tidak akan menyerah.
Kita tentu tak serta-merta mesti
menyalahkan perempuan-perempuan dan orang tuanya yang begitu paham bagaimana
nyamannya Avanza ketimbang Supra. Tapi tetaplah berusaha, kita percaya banyak
jalan masih terbuka. Masih ada sebagian yang lebih mengutamakan perkara pokok
ketimbang yang remeh-temeh.
Nah, Allah telah menjanjikan dalam
firmannya, yang artinya, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara
kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang
lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui
". (An Nuur: 32)
Selamat berjuang kawans!
judulnya itu, ,... usaha yang bagus. nanti saya akan komentar lagi setelah baca...
BalasHapusterima kasih kunjungannya mas dikoro, selamat berjuang!
Hapusaku tak nyimak sik, karo nyengar nyengir sitik..
BalasHapusayo semangat Gus
Hapus