Kisah Dermawan yang Memilih Perdagangan Abadi



_ada kalanya engkau membeli tapi kau pergunakan sebentar saja, lalu terlewati. meski mungkin hakikatnya engkau menjaja, menjual keabadian untuk yang sebentar saja__ (terinspirasi dari puisi Zainal Arifin Thoha)

Hari ini membaca peristiwa di Pesantren Hamalatul Quran, tempat saudara saya Dhesy Anang mengabdikan diri. Seorang dermawan yang menginfakka uang satu milyar untuk membangun pesantren. Antara haru dan iri.

Gambar Pondok Pesantren Wirausaha Minggir
yang saat ini dalam tahap pembangunan

Memori peristiwa beberapa tahun lalu seperti hadir kembali. Ketika banyak orang yang tidak saya kenal sebelumnya tiba-tiba ikhlas mewakafkan dan meminjamkan uangnya untuk digunakan membeli sebidang tanah sebagai pusat pergerakan.

Seorang pengusaha komputer di Gamping meminjamkan 10 juta kemudian akhirnya diwakafkan, seorang PNS di Gejayan menghubungi saya dan meminta nomor rekening, transfer 10 juta untuk dana talangan, seorang pengusaha bahan bangunan mewakaftkan 10 juta. Kami bertamu ke seorang juragan kayu, tanpa ragu ia wakafkan 20 juta cash! Dan banyak lagi tangan-tangan dermawan yang dengan ringan menitipkan hartanya untuk tabungan akhirat.
____
Dalam perjalanan ke barat, seorang pegawai pertamina di perumahan elit mewakafkan 20 juta. Kemudian, Allah menggerakan seorang dermawan mewakafkan satu rumah! Ya, satu rumah lengkap dengan segala isinya. Subhanallah, terbuat dari apakah hati mereka?

Suatu siang, seorang datang. Saya tidak mengenal beliau sebelumnya. Beliau kemudian menceritakan maksud kedatangannya. "Mas, tadi saya ke sini membawa emas warisan dari mertua. Kemudian kami mampir toko emas dan menjual seluruhnya kami wakafkan...."
Barisan kata yang membuat mata saya berkaca-kaca. Kami hitung total nilainya sekitar 42 juta. Allahu Akbar.

Kemudian, ratusan orang yang tidak kami kenal. Bahkan yang dalam pandangan awam tidak mungkin berderma, nyatanya hatinya tergerak.

Peristiwa ini memberikan kesadaran kepada saya, bahwa banyak orang Islam yang kaya. Banyak orang Islam yang siap bersedekah, berwakaf dan bersinergi dalam gerakan dakwah. Hanya bagaimana kita bersama melangkah, bersyarikat sehingga bisa memaksimalkan potensi umat.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS Faathir [35]: 29)

Akan selalu ada, mereka yang meletakkan harta di tangan agar mudah didermakan dan tidak menutupi hati.

Barat || 11 Agustus 2019
Berkenan terhubung dengan twitter? Silakan via @ekosangpencerah

Tidak ada komentar untuk "Kisah Dermawan yang Memilih Perdagangan Abadi"