Mengapa Bisnis MLM Banyak yang Gagal?



Pernah membaca ajakan yang kira-kira bunyinya begini: Cukup bayar 50 ribu keuntungan seumur hidup dan bisa diwariskan! Atau dengan kata-kata lain, Join Yuk, ibu rumah tangga pun bisa sukses!

Tawaran yang menarik tentu. Bisnis dengan modal kecil, potensi untung besar, seumur hidup dan bisa diwariskan. Benarkah? Sayangnya, hanya sekian persen yang benar-benar merasakannya. Sebagian besar lainnya, memendam luka dalam-dalam J

Saya sendiri sudah ikut banyak MLM alias multi level marketing, lebih dari lima MLM pernah jadi anggota. Mulai dari suplemen kesehatan, pulsa, dan produk lainnya. Salut dengan semangat para MLMers dalam mempromosikan bisnis mereka. Terkadang, baru saja ketemu sekali sudah cerita aneka bonus yang menggiurkan, mobil mewah, kapal pesiar, apartemen, sampai jet pribadi. Wow!



Saat itu saya seperti anak kecil yang sedang dijanjikan es krim. Bedanya, saya sadar sedang diceritakan tentang mimpi. Persis seperti saat acara sekelas Kick Andy bertahun silam mau mengundang petinggi sebuah MLM yang masih muda, dan gagah. Menceritakan tentang bisnisnya dan hadiri di studio bertepuk tangan. Mengabaikan puluhan ribu anggota MLM yang entah bagaimana nasibnya. Tak heran jika banyak ustadz dan banyak fatwa yang mengharamkan MLM. Meskipun ada juga yang membolehkannya dengan syarat tertentu.

Mengapa Bisnis MLM Banyak yang Gagal?

1.    Banyak MLM yang beredar menawarkan bonus berlimpah, tetapi bonus itu didapat dari uang pendaftaran member yang bergabung belakangan. Jenis ini seperti permainan uang (money game). Jenis ini tentu akan menguntungkan mereka yang lebih dahulu mendaftar, dan biasanya biaya pendaftarannya terbilang mahal.
2.    Para MLMers kebanyakan semata mengejar bonus. Rekrut member sebanyak-banyaknya, tanpa memberikan edukasi kepada member keuntungan dan fasilitas apa yang mereka dapatkan. Jadilah, setelah bergabung downline dibiarkan saja. Akhirnya mereka pasif, dan efeknya menjadi apatis terhadap MLM.
3.    MLM tanpa belanja dan menggunakan produk? Aneh jika tanpa keduanya MLMers tetap mendapatkan bonus. Lalu dari mana bonus itu? Kalau ada MLM yang mensyaratkan member untuk belanja atau menggunakan jasa dari MLM yang mereka ikuti, saya pikir itu lebih logis, artinya bonus diperoleh dari keuntungan perusahaan. Sayangnya, kebanyakan leader justru mengabaikan ini. Bagi mereka mencari member sebanyak-banyaknya adalah kunci sukses.
4.    Efek dari ‘pebisnis’ MLM yang serampangan dalam mencari member dan memberi janji-janji manis, kini MLM dipandang sini di masyarakat. Meskipun mungkin sebetulnya ada MLM yang menawarkan sistem yang tidak merugikan membernya.
5.    Kegagalan MLMers mencapai sukses juga bisa jadi karena semata mengejar bonus prestasi tanpa pernah tahu, apa keuntungan dia bergabung di perusahaan MLM.

Apakah MLM ada sisi baiknya? Kalau saya ditanya begitu, saya katakan sisi baik MLM adalah setiap orang bisa menjadi pedagang. Karena pada dasarnya MLM adalah bentuk perdagangan secara langsung. Di Indonesia MLM masuk dalam Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), sehingga MLM yang terdaftar bisa dicek di APLI.OR.ID

Menjadi aneh jika ber-MLM tetapi tidak menjual produk atau jasa. Lalu apa yang di marketing kan? Selanjutnya juga terkait barang yang diperdagangkan dan harga yang ada. Jika barang yang diperdagangkan tidak terjamin halal dan tidaknya, aman dan tidaknya, maka saya pikir itu tidak layak. Selanjutnya, harga barang atau produk yang ditawarkan apakah wajar atau tidak.

Di tengah fatwa boleh dan tidaknya MLM oleh fatwa ulama. Penjualan langsung bisa menjadi solusi di tengah kuatnya cengkeraman distributor bermodal tebal. Serta kuatnya jaringan monopoli produk kebutuhan harian. MLM bisa mejadi salah satu alternatif, bila dijalankan dengan dengan dengan benar. [e]

Tidak ada komentar untuk "Mengapa Bisnis MLM Banyak yang Gagal?"