Petani Bijaksana dan Tabir Langit


Jika kebetulan saat makan pagi tadi, kita menyisakan sebulir nasi, mungkin tidak begitu merisaukan. Tapi tahukah, seorang petani harus menunggu selama tiga bulan untuk bisa menghasilkan sebulir padi. Maka Rasulullah sangat menganjurkan membersihkan makanan hingga bersih ketika makan. Hingga tidak ada sisa. Saya heran bila ada yang terbiasa menyisakan makanan dengan dalih 'sudah kenyang' padahal mereka mengambil makanan sendiri. Ini banyak terjadi di pesta-pesta, termasuk pesta pernikahan.




Suatu hari saya berbincang dengan seorang petani. Saya heran dengan beliau, setahu saya beliau berasal dari keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya seorang pegawai kalurahan dan membantu pencatat nikah kalau tidak keliru namanya igama. Sebuah posisi yang cukup lumayan di awal-awal orde baru. Begitupun dari segi pendidikan, beliau cukup terdidik dan pintar, hampir semua teman sekelasnya menjadi pegawai. Adik-adiknya pun punya pekerjaan yang cukup  mapan. Anehnya beliau justru memilih jadi petani. Pekerjaan yang mungkin dianggap kurang bergengsi, yang namanya sering dicatut para pengobral janji saat kampanye di negeri gombal, 'atas nama petani', 'demi petani' dan sebagainya.

Keheranan saya kadang berubah jadi kejengkelan, kenapa beliau justru memilih jadi petani. Hingga tiba waktu itu, saya memberanikan diri bertanya.

"Menjadi petani itu lebih terjaga kehalalannya, tidak mengganggu orang lain, dan banyak melatih tawakkal."

Jawaban sederhana yang di luar dugaan saya. Suatu filosofi yang sangat dalam saya rasakan. Hingga mulai saat itu saya berjanji tidak akan menanyakan lagi pilihannya menjadi seorang petani.

Saya teringat dengan sabda Rasulullah, "Tak seorangpun di antara kaum Muslim yang menanam sebuah pohon atau menyebarkan benih-benih, dan kemudian seekor burung, atau seorang manusia atau binatang apapun memakannya, kecuali hal itu merupakan hadiah yang murah hati baginya." (Sahih Bukhari dari Anas bin Malik)


Lelaki yang memilih menjadi petani itu, Bapak saya sendiri.

Tidak ada komentar untuk "Petani Bijaksana dan Tabir Langit"