Kekejaman di Balik Daya Tarik Sirkus Lumba-lumba
Sebagai orang kampung yang adoh ratu
cerak watu (jauh dari raja dekat dengan bebatuan) alias daerah pelosok. Saya
memang belum pernah diajak oleh orang tua untuk menonton atraksi lumba-lumba.
Baru kemarin baca postingan foto-foto di
facebook tentang kekejaman di balik sirkus lumba-lumba. Berikut ini saya
salinkan dari keterangan yang terdapat dalam foto.
1. Selama perjalanan Lumba-lumba, hanya
dibungkus spon/kain basah/mentega/lotion agar tetap lembab, kemudian ditaruh
dalam kotak/box seukuran tubuh lumba-lumba.
2. Lumba-lumba disimpan di truk, diangkut
dari satu kota ke kota lainnya dan tak pernah melihat lautan lagi.
3. Lumba-lumba dipaksa melakukan aksi-aksi
berbahaya, jika tidak menuruti maka akan dihukum dengan kekerasan.
4. Di lautan lumba-lumba bisa bertahan hidup
sampai umur 40 tahun, di sirkus mereka hanya bertahan 2-8 tahun.
5. Di lautan lumba-lumba hidup berkelompok. Di
sirkus mereka terpisah dari kelompok dan keluarganya.
6. Di dalam sirkus, lumba-lumba dilatih
dengan metode lapar, mereka juga berada dalam air tawar yang terkadang
bercampur klorin. Berbahaya bagi mata.
7. Di sirkus mereka melakukan pertunjukan
5-6 kali sehari dengan durasi 1-2 jam. Bayangkan betapa lelahnya mereka.
8. Konon Indonesia adalah negara terakhir
yang masih menjadikan lumba-lumba sebagai atraksi sirkus.
Mari ajarkan kebaikan kepada anak-anak, bukan tertawa di atas
perilaku kekejaman.
Sumber: https://www.facebook.com/Riantyabdul?fref=photo
semoga dengan postingan ini cukup membantu meyadarkan mereka. langkah nyatanya mungkin adalah, jangan ditonton !! hehe,,,... yang punya anak kecil biasanya yang susah. tapi kalau tidak dimulai suatu saat bisa saja karena terbiasa melihat exploitasi makhluk hidup seperti ini pada akhirnya juga tega dan nyaman-nyaman saja melihat manusia diexploitasi. hehe... mungkin saya akan repost ini di www.bukanpepatah.com
BalasHapusterima kasih atas tanggapannya mas Dikoro. silakan kalau mau direpost.
Hapus