Para Kekasih Media
“Senjata mematikan itu tak lagi berwujud
senapan atau granat. Melainkan media massa yang kehilangan martabat.” ESP
Semasa
bertekun dengan ilmu komunikasi, saya mendapati satu di antara pilar demokrasi
adalah media massa. Merekalah pengontrol ketika pemerintah dan parlemen abai
dari tujuan bernegara. Meski pada praktiknya, justru medialah yang menjadi alat
paling canggih ‘merekayasa’ demokrasi. Media dengan mudah menghancurkan karir
politik seseorang bahkan meruntuhkan sebuah tampuk kekuasaan.
Siapa
yang paling diuntungkan ketika media sedang sakit? Mengungkpap fakta dan
realitas, tak bersikap subyektif dan mengakomodir pemberitaan berimbang menjadi
indikator media massa yang sehat. Ketika itu dilupakan, maka hasilnya adalah
berita-berita beracun yang merusak nalar dan melanggar kebenaran. Yang paling
diuntungkan pada kondisi seperti ini adalah para kekasih media.
Para
kekasih media seperti punya dua jendela. Jendela kebaikan yang selalu terbuka
lebar untuk dikabarkan. Serta jendela keburukan yang sengaja ditutup rapat,
disembunyikan. Semua orang berpotensi menjadi kekasih media, hanya saja
kelompok inilah yang paling layak menjadi kekasih media: para pemilik modal
(ini paling mudah, karena jurnalis akan tunduk pada mereka), politisi, dan
tokoh yang diumpankan.
Para
kekasih media tak perlu belajar bahasa interaksi, alur penyampaian informasi
atau tata bahasa. Sebab semua bisa dikelola di bilik redaksi yang nyaman. Tampilan
dalam sesi pemotretan pun bisa direkayasa. Semua mudah. Apa sih yang tak
mungkin bagi kekasih?
Hanya
saja, para kekasih media ada masanya. Ada batasnya. Karena yang menjadi ikatan
adalah kepentingan. Jika tak ada lagi keuntungan yang didapat, berbaliklah
mereka menghujat. Mengungkap segala cacat. Seolah dulu mereka tak pernah
bermesra.
Dalam
alam media massa yang sakit, saya teringat sebuah kalam yang abadi, tersemat
dalam deretan ayat di kitab suci. “Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.
Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah
baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (An-Nuur : 11)
Juga
dalam pesan yang lain, Agar bersikap selektif dan hati-hati mencerna berita, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat :
6) [e]
Tidak ada komentar untuk "Para Kekasih Media"
Posting Komentar