Intifada Ketiga, Ketika Dunia Bersatu Melawan Israel
[Catatan]
– Menyebut intifada, terbayang ketakutan menghantui bangsa Israel. Bagaimana tidak,
dengan senjata ketapel dan batu, rakyat Palestina melancarkan perlawanan yang
tak masuk akal. Dengan gagah mereka menantang pasuka Israel yang bersenjatakan
Tank, Pesawat, Drone dan artileri berat lainnya. Semangat jihad yang didasari
iman, menjelman keberanian tak terbantahkan. Inilah yang secara head to head
membuat tentara israel keder.
sumber gambar: internet |
Serangan
kepada Palestina selalu dipilih pada bulan Ramadhan. Mungkin israel menyangka
saat inilah umat Islam dalam kondisi lemah. Mereka seperti tak membaca sejarah,
bahkan Rasulullah terlatih berperang dalam keadaan puasa. Serangan kali ini
hanya berselang beberapa bulan seusai pejuang Hamas dan Fatah bersatu. Hal yang
jarang terjadi mengingat pola perjuangan keduanya berbeda jalan. Hamas lebih
bersikap keras dalam menentang israel, sedangkan Fatah lebih bersikap lunak. Tapi
beberapa waktu lalu keduanya sepakat bersatu.
Kini
israel kembali menyerang Gaza, ratusan orang telah gugur. Tanpa ampun tentara
israel terus menggempur Gaza, dan seperti tahun-tahun sebelumnya, rakyat Gaza
melawan dengan gagah. Perlawanan terhadap israel yang paling sengit terjadi
ketika Ikhwanul Muslimin masuk dari Mesir. Waktu itu israel sempat terdesak dan
seperti akan mengalami kekalahan, sayang, dengan segala siasat mereka bekerja
sama dengan Mesir untuk melumpuhkan Ikhwanul Muslimin.
Gerakan
dari dalam negeri Palestina sendiri pernah terjadi ketika bergelora Intifada
pertama pada 1987 – 1993 dan intifada kedua pada tahun 2000. Seluruh rakyat
Palestina bersatu melawan israel. Lalu akankah ada intifada gelombang ketiga?
Para pengamat melihat, intifada gelombang ketiga sudah terjadi ketika
perusahaan dan bank israel mendapat boikot dari negara-negara Eropa. Cara ini
dinilai efektif melumpuhkan kekuatan ekonomi israel. Pada awal tahun 2014,
lembaga dana pensiun Belanda ABP dan PGGM memutuskan kerjasama dengan bank
israel.
Langkah
yang sama juga dilakukan oleh perusahaan di negara eropa, utamanya dari
Norwegia dan negara Skandinavia lainnya. Alasan utama mereka adalah mengangggap
pendudukan israel terhadap Palestina khususnya di Tepi Barat sebagai kegiatan
yang ilegal. Maka perusahaan, yang didirikan di tanah Palestina dianggap
ilegal. Boikot terhadap produk pertanian juga membuat para petani israel
merugi. Sedang para akademisi Amerika telah memulai langkah mereka untuk
memboikot lembaga pendidikan israel sejak akhir 2013 lalu.
Sudah
hampir 5 tahu keluarga kami berupaya mengurangi pemakaian produk yang kami
anggap berafiliasi dengan zionis-israel, memang tak bisa semua tapi kami
berusaha mencari subtitusi semampu kami. Saya teringat sebuah kalimat Kang
Salim A. Fillah, lawanlah meski dengan sepotong kurma. Saya juga teringat
sebuah pernyataan, bahwa israel lebih takut kehilangan keuntungan bisnisnya
ketimbang kehilangan agama mereka. Mereka lebih takut rugi, ketimbang kepada
Tuhan.
Mari
kita mulai aksi dari diri kita sendiri. Biarkan jika ada yang belum bersepakat
dengan aksi boikot, karena mungkin mereka punya cara tersendiri untuk melawan kezaliman
israel. [et.com]
Tidak ada komentar untuk "Intifada Ketiga, Ketika Dunia Bersatu Melawan Israel"
Posting Komentar