Mengubah Arus Sungai
Meski Hujan, Azizah Siap Berangkat Sekolah |
dari catatan FB 19 Februari 2012
Beberapa waktu
lalu di daerah Dieng, Kabupaten Banjarnegara, terjadi banjir bandang. Banjir
yang tidak biasanya sebab daerah tersebut berada di dataran tinggi. Setelah
ditelusuri, banjir itu diakibatkan ada tebing yang longsor kemudian menutup
jalur sungai. Air yang biasanya melewati sungai membelok dan menerjang
pemukiman penduduk. Satu hal yang tak terbayangkan sebelumnya.
Seorang teman
pernah mengirimkan pesan lewat FB, intinya begini, mengubah arus sungai lebih
gampang ketimbang mengubah akhlak seseorang. Setelah saya renungkan, kalimat
tersebut ada benarnya juga. Meskipun mengubah arus sungai bukan persoalan
mudah.
Akhlak bisa
dimaknai sebagai perilaku yang telah menjadi kebiasaan. Untuk melakukannya
tidak perlu pemikiran lama, bahkan seperti reflek. Ketika kaki terantuk batu,
dan mulut berucap spontan, itulah akhlak. Akhlak menjadi perilaku yang tidak
bisa dibuat-buat. Seorang bisa saja dalam beberapa hari bersikap baik, tapi
jika akhlaknya memang buruk, pada hari berikutnya akan kembali ke aslinya. Sulit
untuk diubah.
Meskipun begitu,
akhlak bisa diubah dengan pembiasaan dalam jangka waktu lama, dan tidak lupa
memohon kepada Allah agar diberi akhlak yang baik, akhlakul karimah.
"Allahumma
hasanta kholqi wa hasin khuluqi."
"Ya Allah,
sebagaimana Engkau telah memperindah rupaku maka perindahlah pula
akhlakku." (HR. Ahmad IV/68, 155 dengan isnad shahih. Al-Haitsami berkata
dalam Al-Majma', bahwa hadits tersebut diriwayatkan Imam Ahmad dan
perawi-perawinya adalah perawi-perawi yang shahih. Dinukil dari komentar Syaikh
al-Albani dalam al-Irwa'.)
Rasulullah menjadi
cermin dalam kebaikan akhlak, beliau dijamin oleh Allah sebagai orang yang
memiliki akhlak baik. Sehingga beliau memang patut diutus untuk membaikan
akhlak umat manusia. Itulah tugas utamanya.
Tidak ada komentar untuk "Mengubah Arus Sungai"
Posting Komentar