Pohon Apel Itu Akhirnya Mati!



[esp] - Suatu siang yang terik. Seorang lelaki tua dan seorang perempuan tua datang ke kantor. Hendak menawarkan aneka tanaman. Dari tanaman hias hingga pohon buah. Sudah ada beberapa pedagang sebelumnya yang datang ke kantor menawarkan aneka pohon buah, namun saya tidak tergerak membelinya.

Sampai akhirnya kedua orang sepuh itu datang menawarkan dagangan. Dilihat dari jenis dagangannya, memang tidak meyakinkan. Mulai dari jenisnya yang variatif tapi tak terkait, hingga pengemasannya yang terkesan seadanya. Meski begitu tetap ada dorongan kuat untuk membeli dagangan kedua orang tua itu. Saya pun membeli bibit pohon apel. Pohon yang saya sendiri tidak tahu apakah itu memang benar pohon apel atau bukan.

Beberapa kawan juga membeli bibit pohon apel. Sampai di rumah, pohon itu saya tanam. Saya pilih di lokasi yang sejuk dan terhindar dari matahari langsung. Dekat dengan pohon pace. Hari berganti hari. Pekan berganti pekan. Hingga mengumpul menjadi bulan. Pohon itu tetap rajin saya sirami. Mulai tumbuh satu dua tunas. Hanya saja sepertinya enggan untuk menjulang tinggi. Sampai akhirnya pohon itu mati.

Jika berpikir praktis, untuk apa susah-susah membeli bibit pohon apel yang belum tentu bisa hidup setelah ditanam. Belum lagi waktu yang diperlukan untuk menunggu berbuah tentulah panjang. Kalau hanya ingin buah apel, datang saja ke toko buah. Beli sekilo atau dua kilo. Beres.


Mungkin sebagian orang berpikir seperti tersebut. Tetapi saya senang, karena dengan membeli bibit pohon apel itu, setidaknya memberikan sedikit kegembiraan kepada dua orang pedagang yang sudah sepuh itu. Berbagi dengan membeli.

Tidak ada komentar untuk "Pohon Apel Itu Akhirnya Mati!"